Pustakawan
adalah makhluk yang diberi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai
situasi dan tantangan kehidupan. Perubahan yang terus menerus secara global
menuntut pustakawan beradaptasi dengan cepat terhadap berbagai situasi dan
kondisi yang seringkali tidak dapat diprediksi. Pustakawan dituntut memikirkan
dan bertindak dengan berbagai cara untuk dapat menguraikan kompleksitas
tantangan dan memikirkan berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk
menghadapi tantatangan, untuk itulah pustakawan membutuhkan kretaivitas.
Orientasi memandang suatu persoalan merupakan kunci awal pustakawan memiliki
kreativitas.
Pendidikan formal adalah salah satu biang
keladi pembatas kreativitas manusia sejak dini.
Padahal, hal itu tidak
benar. Houtz menekankan bahwa kreativitas bukanlah suatu bakat yang
dianugerahkan sejak lahir, melainkan sesuatu yang harus diusahakan dengan kerja
keras. Menurutnya,
orang-orang kreatif adalah mereka yang memiliki kedisiplinan untuk terus
menciptakan ide-ide baru dan ketekunan untuk mewujudkan ide-ide mereka. Pustakawan di Abad 21
menghadapi masalah semakin kompleks untuk mengatasi masalah ini, pustakawan perlu
menghasilkan atau memikir suatu hal yang baru dalam dunia perpustakaan apakah
mengkontruksi, inovoasi, presentatif dengan berbagai pendekatan.
Pustakawan zaman sekarang harus memiliki
keahlian yang memungkinkan pustakawan untuk mengeksplorasi kreativitas, untuk
mencari dan mengevaluasi informasi kritis, untuk bekerja produktif sebagai
pustakawan, dan secara efektif mengkomunikasikan multi task kepada orang lain.
Zaman
sekarang Indonesia telah memiliki perpustakaan yang terdiri atas berbagai macam
jenis yang tersebar di seluruh Indonesia. Mulai dari perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan daerah, perpustakaan sebuah
instansi atau badan bahkan perpustakaan keliling. Perpustakaan ini
terdiri atas berbagai macam koleksi mulai dari buku pelajaran, novel, koran, majalah, buku kesehatan, pertanian, perdagangan dll.
Sekarang yang harus dipikirkan adalah bagaimana dengan orang yang mengolah atau
mengembangkan perpustakaan tersebut,
apakah
Ia sudah mahir berkomunikasi dengan pemustaka dalam memberikan informasi atau
belum.
Literasi informasi adalah seperangkat
ketrampilan untuk mendapatkan jalan keluar dari suatu masalah yang ada. Keterampilan ini mencakup keterampilan mengidentifikasi masalah,
mencari informasi, menyortir, menyusun, memanfaatkan, mengkomunikasikan dan
mengevaluasi hasil jawaban dari pertanyaan atau masalah yang dihadapi.
Dengan menguasai Literasi Informasi, keterampilan
pustakawan akan berkembang sehingga diharapkan bisa:
2. Menghasilkan karya tulis dalam berbagai bentuk, terutama yang dapat
meningkatkan pula profesionalisme pustakawan.
3. Mengidentifikasi dan mengumpulkan tulisan yang dapat dikembangkan lebih
lanjut dan disebarluaskan melalui berbagai media blog, majalah internal,
jurnal, dan sebagainya.
Dengan menguasai hal-hal tersebut di atas, pustakawan bukan lagi
semata-mata hanya mengurusi buku atau jenis media informasi lain, melainkan
mereka mengemban tugas untuk mengelola informasi yang ada didalam perpustakaan
dimana dia bekerja, dalam berbagai bentuk yang ada, untuk kebutuhan
penggunanya.
Salah satu cara agar memiliki wawasan yang luas adalah dengan membaca.
Membaca dapat meningkatkan kreativitas seseorang. Kenyataannya, minat baca
masyarakat Indonesia sangatlah dibandingkan dengan negara-negara
lain, rendahnya minat baca menjadikan budaya menulispun menjadi rendah pula.
Menulis adalah aktivitas yang sangat penting dalam kelangsungan kerja, mulai
dari membuat rencana kerja sampai kepada mendokumentasikan atau mendefinisiskan
pekerjaan
Bagaimana
dengan minat baca pustakawan? Seorang pustakawan adalah seorang yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang
luas karena sepanjang hidupnya bekerja di perpustakaan akan selalu
bersinggungan dengan buku-buku dan tentu akan mudah menulis dengan referensi
buku-buku yang tersedia di perpustakaan tempatnya bekerja. Pada kenyataannya
justru minat menulis pustakawan sangat rendah sekali.
Menurut
pengamatan ada beberapa hal yang menghambat para pustakawan untuk menulis
yaitu:
1. Para
pustakawan waktunya habis tersita untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya,
sehingga tak ada waktu lagi untuk mengembangkan kemampuan dirinya, hal ini
sejalan dengan fakta bahwa 92,5 % persen tenaga pustakawan Indonesia adalah
pustakawan pekerja atau kelompok “prajurit” (Hernandono, 2005),
2. Penguasaan pustakawan indonesia
akan teknologi nformasi
dan bahasa asing lemah, padahal kedua hal tersebut merupakan salah satu jendela
untuk mengembangkan wawasan,
3. Minat baca para
pustakawan itu sendiri sangat rendah, padahal minat baca mempengaruhi kemampuan
pustakawan untuk menulis,
4. Kemauan
pustakawan untuk mengembangkan dirinya sendiri sangat kurang, dan cukup puas
dengan apa yang telah dilakukannya selama ini.
Walaupun pustakawan kutu buku tetapi tidak menjamin
bahwa akan mampu menulis dengan baik, karena seperti perkataan dari Thomas
Alva Edison, bakat saja tidak cukup yang diperlukan adalah kerja keras.
Pustakawan harus sering berlatih dan terus berlatih menulis karena tanpa
latihan dan usaha keras tidak akan didapat hasil yang maksimal.
Kreativitas merupakan kendaraan bagi
pustakawan untuk menjadi pemenang dalam segala bidang. Oleh karena itu, ada beberapa strategi dalam meningkatkan kreativitas pustakawan.
1.
Passion
Passion membuat
seseorang punya fighting spirit /semangat juang. Pustakawan tidak mudah
menyerah dan putus asa dalam menghadapi berbagai masalah, sesulit apa pun,
termasuk pekerjaan.
2. Time Management
Pengaturan waktu yang
baik juga akan memunculkan kreativitas. Ada waktu bekerja. Ada waktu
beristirahat. Karena itu, kita harus bekerja cerdas. Yaitu dengan memanfaatkan
waktu secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil optimal.
3. Networking
Pustakawan merupakan
makhluk sosial yang punya kebutuhan untuk bisa berinteraksi. Sesibuk apa pun
pustakawan dalam dunia perpustakaan, pustakawan perlu upayakan tetap
menyediakan waktu berkualitas untuk bertemu dengan berbagai kolega.
4.
Sense Of Competition
Banyak
pustakawan merasa tidak nyaman dikelilingi pesaingnya. Baik itu secara individu
di tempat kerja maupun terhadap lembaga itu sendiri. Padahal, berada di
tengah-tengah pesaing, alarm kewaspadaan pustakawan untuk ”selalu siaga”.
Pustakawan pada Abad 21 tidak hidup dalam zona kenyamanan. Kreativitas akan
lebih mudah ditingkatkan saat situasi pustakawan terjepit. Bila perlu carilah
obyek yang dapat dipakai untuk membangkitkan ”sense of competition” agar
kreativitas pustakawan senantiasa berkembang.
5. Humility
Kerendahan hati
merupakan sumber kreativitas. Sikap rendah hati membuat pustakawan selalu
melakukan introspeksi dan koreksi terhadap semua aktivitasnya. Hanya dengan
kerendahan hati pustakawan mau menerima teguran / masukan dan tidak merasa superior
dalam wawasan tetap ”merasa kurang”, sehingga selalu mencari sumber pengetahuan
dengan berbagai cara. Humility sangat berperan dalam meningkatkan kreativitas.
Kesimpulan
Pustakawan harus pandai-pandai menangkap peluang sekitar perkembangan teknologi informasi,dan literasi informasi harus selalu melihat perekembangan perpustakaan, harus mampu mengamati perkembangan-perkembangan termasuk melihat perkembangan lingkungan local maupun interlocal. Pustakawan harus mampu berkoneksi dan berjaring dengan profesi-profesi lainnya yang mampu membangkit kreativitas seperti membangun jaringan dengan LSM, komunitas dan bahkan bakti social. Literasi Informasi bagi pustakawan bukan menjadi tuntutan saja akan tetapi literasi informasi harus menyatu dalam jiwa pustakawan itu sendiri. Pustakawan yang tidak literasi informasi belum bisa dikatakan pustakawan karena seorang pustakawan itu harus brilian, cerdas, inovatif, komunikatif dalam menghadapi suatu tantangan dan masalah apalagi pustakawan perguruan tinggi. Hal ini sebenarnya merupakan syarat mutlak untuk menjadi pustakawan sejati.
Pustakawan harus pandai-pandai menangkap peluang sekitar perkembangan teknologi informasi,dan literasi informasi harus selalu melihat perekembangan perpustakaan, harus mampu mengamati perkembangan-perkembangan termasuk melihat perkembangan lingkungan local maupun interlocal. Pustakawan harus mampu berkoneksi dan berjaring dengan profesi-profesi lainnya yang mampu membangkit kreativitas seperti membangun jaringan dengan LSM, komunitas dan bahkan bakti social. Literasi Informasi bagi pustakawan bukan menjadi tuntutan saja akan tetapi literasi informasi harus menyatu dalam jiwa pustakawan itu sendiri. Pustakawan yang tidak literasi informasi belum bisa dikatakan pustakawan karena seorang pustakawan itu harus brilian, cerdas, inovatif, komunikatif dalam menghadapi suatu tantangan dan masalah apalagi pustakawan perguruan tinggi. Hal ini sebenarnya merupakan syarat mutlak untuk menjadi pustakawan sejati.
mantap
BalasHapusTerimakasih pak ulul :)
Hapus