Kamis, 03 Desember 2015

PUSTAKAWAN HEBAT HARUS MENGUASAI LITERASI INFORMASI



Pustakawan adalah makhluk yang diberi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan tantangan kehidupan. Perubahan yang terus menerus secara global menuntut pustakawan beradaptasi dengan cepat terhadap berbagai situasi dan kondisi yang seringkali tidak dapat diprediksi. Pustakawan dituntut memikirkan dan bertindak dengan berbagai cara untuk dapat menguraikan kompleksitas tantangan dan memikirkan berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantatangan, untuk itulah pustakawan membutuhkan kretaivitas. Orientasi memandang suatu persoalan merupakan kunci awal pustakawan memiliki kreativitas.

              Pendidikan formal adalah salah satu biang keladi pembatas kreativitas manusia sejak dini. Padahal, hal itu tidak benar. Houtz menekankan bahwa kreativitas bukanlah suatu bakat yang dianugerahkan sejak lahir, melainkan sesuatu yang harus diusahakan dengan kerja keras. Menurutnya, orang-orang kreatif adalah mereka yang memiliki kedisiplinan untuk terus menciptakan ide-ide baru dan ketekunan untuk mewujudkan ide-ide mereka. Pustakawan di Abad 21 menghadapi masalah semakin kompleks untuk mengatasi masalah ini, pustakawan perlu menghasilkan atau memikir suatu hal yang baru dalam dunia perpustakaan apakah mengkontruksi, inovoasi, presentatif dengan berbagai pendekatan.

               Pustakawan zaman sekarang harus memiliki keahlian yang memungkinkan pustakawan untuk mengeksplorasi kreativitas, untuk mencari dan mengevaluasi informasi kritis, untuk bekerja produktif sebagai pustakawan, dan secara efektif mengkomunikasikan multi task kepada orang lain.

              Zaman sekarang Indonesia telah memiliki perpustakaan yang terdiri atas berbagai macam jenis yang tersebar di seluruh Indonesia. Mulai dari perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan daerah, perpustakaan sebuah instansi atau badan bahkan perpustakaan keliling. Perpustakaan ini terdiri atas berbagai macam koleksi mulai dari buku pelajaran, novel, koran, majalah, buku kesehatan, pertanian, perdagangan dll. Sekarang yang harus dipikirkan adalah bagaimana dengan orang yang mengolah atau mengembangkan perpustakaan tersebut, apakah Ia sudah mahir berkomunikasi dengan pemustaka dalam memberikan informasi atau belum.

              Literasi informasi adalah seperangkat ketrampilan untuk mendapatkan jalan keluar    dari suatu masalah yang ada. Keterampilan ini mencakup keterampilan mengidentifikasi masalah, mencari informasi, menyortir, menyusun, memanfaatkan, mengkomunikasikan dan mengevaluasi hasil jawaban dari pertanyaan atau masalah yang dihadapi.
 
Dengan menguasai Literasi Informasi, keterampilan pustakawan akan berkembang sehingga diharapkan bisa:

1.      Mengembangkan minat, keterampilan, dan kepercayaan diri dalam menulis mengenai  pekerjaan dan pengetahuan dibidang kepustakawanan dan informasi. 
2.      Menghasilkan karya tulis dalam berbagai bentuk, terutama yang dapat meningkatkan pula profesionalisme pustakawan. 
3.      Mengidentifikasi dan mengumpulkan tulisan yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan disebarluaskan melalui berbagai media blog, majalah internal, jurnal, dan sebagainya.  

Dengan menguasai hal-hal tersebut di atas, pustakawan bukan lagi semata-mata hanya mengurusi buku atau jenis media informasi lain, melainkan mereka mengemban tugas untuk mengelola informasi yang ada didalam perpustakaan dimana dia bekerja, dalam berbagai bentuk yang ada, untuk kebutuhan penggunanya.
              Salah satu cara agar memiliki wawasan yang luas adalah dengan membaca. Membaca dapat meningkatkan kreativitas seseorang. Kenyataannya, minat baca masyarakat Indonesia sangatlah dibandingkan dengan negara-negara lain, rendahnya minat baca menjadikan budaya menulispun menjadi rendah pula. Menulis adalah aktivitas yang sangat penting dalam kelangsungan kerja, mulai dari membuat rencana kerja sampai kepada mendokumentasikan atau mendefinisiskan pekerjaan
           Bagaimana dengan minat baca pustakawan? Seorang pustakawan adalah seorang yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas karena sepanjang hidupnya bekerja di perpustakaan akan selalu bersinggungan dengan buku-buku dan tentu akan mudah menulis dengan referensi buku-buku yang tersedia di perpustakaan tempatnya bekerja. Pada kenyataannya justru minat menulis pustakawan sangat rendah sekali.
 
Menurut pengamatan ada beberapa hal yang menghambat para pustakawan untuk menulis yaitu:
1.      Para pustakawan waktunya habis tersita untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya, sehingga tak ada waktu lagi untuk mengembangkan kemampuan dirinya, hal ini sejalan dengan fakta bahwa 92,5 % persen tenaga pustakawan Indonesia adalah pustakawan pekerja atau kelompok “prajurit” (Hernandono, 2005),
2.      Penguasaan pustakawan indonesia akan teknologi nformasi dan bahasa asing lemah, padahal kedua hal tersebut merupakan salah satu jendela untuk mengembangkan wawasan,
3.      Minat baca para pustakawan itu sendiri sangat rendah, padahal minat baca mempengaruhi kemampuan pustakawan untuk menulis,
4.      Kemauan pustakawan untuk mengembangkan dirinya sendiri sangat kurang, dan cukup puas dengan apa yang telah dilakukannya selama ini.

     Walaupun pustakawan kutu buku tetapi tidak menjamin bahwa akan mampu menulis dengan baik, karena seperti perkataan dari Thomas Alva Edison, bakat saja tidak cukup yang diperlukan adalah kerja keras. Pustakawan harus sering berlatih dan terus berlatih menulis karena tanpa latihan dan usaha keras tidak akan didapat hasil yang maksimal.

Kreativitas merupakan kendaraan bagi pustakawan untuk menjadi pemenang dalam segala bidang. Oleh karena itu, ada beberapa strategi dalam meningkatkan kreativitas pustakawan.  
1.      Passion
Passion membuat seseorang punya fighting spirit /semangat juang. Pustakawan tidak mudah menyerah dan putus asa dalam menghadapi berbagai masalah, sesulit apa pun, termasuk pekerjaan.
2.      Time Management
Pengaturan waktu yang baik juga akan memunculkan kreativitas. Ada waktu bekerja. Ada waktu beristirahat. Karena itu, kita harus bekerja cerdas. Yaitu dengan memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil optimal.
3.      Networking
Pustakawan merupakan makhluk sosial yang punya kebutuhan untuk bisa berinteraksi. Sesibuk apa pun pustakawan dalam dunia perpustakaan, pustakawan perlu upayakan tetap menyediakan waktu berkualitas untuk bertemu dengan berbagai kolega.
4.      Sense Of Competition
Banyak pustakawan merasa tidak nyaman dikelilingi pesaingnya. Baik itu secara individu di tempat kerja maupun terhadap lembaga itu sendiri. Padahal, berada di tengah-tengah pesaing, alarm kewaspadaan pustakawan untuk ”selalu siaga”. Pustakawan pada Abad 21 tidak hidup dalam zona kenyamanan. Kreativitas akan lebih mudah ditingkatkan saat situasi pustakawan terjepit. Bila perlu carilah obyek yang dapat dipakai untuk membangkitkan ”sense of competition” agar kreativitas pustakawan senantiasa berkembang.
5.      Humility
Kerendahan hati merupakan sumber kreativitas. Sikap rendah hati membuat pustakawan selalu melakukan introspeksi dan koreksi terhadap semua aktivitasnya. Hanya dengan kerendahan hati pustakawan mau menerima teguran / masukan dan tidak merasa superior dalam wawasan tetap ”merasa kurang”, sehingga selalu mencari sumber pengetahuan dengan berbagai cara. Humility sangat berperan dalam meningkatkan kreativitas.

Kesimpulan 
Pustakawan harus pandai-pandai menangkap peluang sekitar perkembangan teknologi informasi,dan literasi informasi harus selalu melihat perekembangan perpustakaan, harus mampu mengamati perkembangan-perkembangan termasuk melihat perkembangan lingkungan local maupun interlocal. Pustakawan harus mampu berkoneksi dan berjaring dengan profesi-profesi lainnya yang mampu membangkit kreativitas seperti membangun jaringan dengan LSM, komunitas dan bahkan bakti social. Literasi Informasi bagi pustakawan bukan menjadi tuntutan saja akan tetapi literasi informasi harus menyatu dalam jiwa pustakawan itu sendiri. Pustakawan yang tidak literasi informasi belum bisa dikatakan pustakawan karena seorang pustakawan itu harus brilian, cerdas, inovatif, komunikatif dalam menghadapi suatu tantangan dan masalah apalagi pustakawan perguruan tinggi. Hal ini sebenarnya merupakan syarat mutlak untuk menjadi pustakawan sejati.



 

2 komentar: