Kamis, 03 Desember 2015

LIBRARY 2.0 : HARVARD LIBRARY


Library 2.0 (Perpustakaan 2.0) adalah perpustakaan yang berorientasi pada pemakai dan dikendalikan oleh pemakai seutuhnya, yang menganjurkan perubahan yang beralasan dan terus menerus, dengan mengundang partisipasi pemakai dalam mengkreasikan layanan, baik secara fisik maupun maya sesuai dengan keinginan mereka, dan didukung oleh evaluasi layanan secara konsisten. Library 2.0 menerapkan teknologi yang didasarkan pada Web multimedia yang interaktif, kolaboratif, pada layanan perpustakaan dan koleksi yang berdasarkan Web, sehingga dapat menyediakan informasi yang tersedia dimana pun dan kapan pun pengguna membutuhkannya, serta dapat menjalin  interaksi erat via online antara pustakawan dan penggunanya. Library 2.0 adalah implementasi Web 2.0 dalam lingkup perpustakaan, tidak hanya terkait teknis dengan TI, tetapi juga aspek lain terutama dalam layanan perpustakaan. Layanan-layanan tersebut antara lain ditandai dengan adanya: Chat Reference, Blog dan wikis, jaringan sosial dalam perpustakaan, seperti Facebook, MySpace, Flikr, RSS Feed, dan lain-lain.

Soundararajan and Somasekharan dalam Anjanappa, et al. (2009:2) menjelaskan bahwa library 2.0 memiliki 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
1. Berpusat pada pengguna (user-centered) 
Pengguna berpartisipasi dalam menciptakan konten pada layanan yang mereka gunakan, misalnya pada web perpustakaan, OPAC, dan sebagainya. Konsumsi dan pembentukan konten bersifat dinamis, sehingga peran pustakawan dan pengguna terkadang saling bertukar dan menjadi kabur. 

2.  Memeberikan pengalaman multimedia
Koleksi maupun layanan library 2.0 memuat komponen video maupun audio. Perpaduan antara kedua format tersebut menjadi kekhasan yang tidak bisa dipisahkan dari library 2.0.

3.  Membangun hubungan sosial
Web perpustakaan juga melibatkan kehadiran pengguna. Ada dua cara bagi pengguna untuk berinteraksi dengan sesama pengguna atau dengan pustakawan, yaitu dengan cara sinkronik (misalnya IM –instant messaging), atau ansinkronik (misalnya dengan wikis).

4. Merupakan sebuah komunitas yang inovatif 
Mungkin inilah aspek yang paling penting dalam library 2.0. Perpustakaan merupakan bentuk layanan masyarakat. Seiring dengan berkembang dan berubahnya masyarakat, perpustakaan mau tidak mau harus berubah bersama mereka. Selain itu, perpustakaan juga perlu memberi ruang bagi pengguna untuk “mengubah” perpustakaan. Perpustakaan harus secara kontinyu mengembangkan layanannya dan mencari cara-cara baru yang memungkinkan masyarakat, bukan hanya pengguna secara individu, untuk mencari, menemukan, dan memanfaatkan informasi. 

       Empat elemen tersebut menjelaskan bahwa library 2.0 merupakan sebuah model sistem perpustakaan yang sangat terbuka untuk partisipasi pengguna.

Salah satu perpustakaan yang menerapkan  konsep library 2.0 yaitu Perpustakaan Harvard.  Perpustakaan ini memiliki portal perpustakaan online berbasis web, dengan web tersebut maka pengguna dapat mengakses beberapa katalog, dapat mencari tahu tentang jam perpustakaan, sekolah, fasilitas, dsb. Perpustakaan Harvard juga berkerjasama dengan Google dengan memanfaatkan kekuatan Internet untuk membuat para pengguna dapat menemukan buku yang mereka minati dengan tepat. Pengguna selanjutnya akan dipandu untuk menemukan buku di perpustakaan setempat atau membeli buku tersebut dari penerbit atau penjual buku. Dan, untuk buku-buku dalam domain publik, akan tersedia akses yang lebih luas.
Perpustakaan Harvard dalam menerapkan layanan library 2.0 juga menggunakan program interface atau antarmuka untuk mengintegrasikan aplikasi dengan Hollis, katalog online Perpustakaan Harvard.

Selain itu, Perpustakaan Harvard juga menggunakan layanan Chat Reference yang disebut layanan Tell Us yaitu layanan yang dapat digunakan oleh pengguna untuk dapat melakukan interaksi ataupun memberikan umpan balik secara online dengan pustakawan.

Contoh Penerapan Aplikasi Lib. 2.0 Di Perpustakaan Harvard
            Langkah pertama untuk mencari referensi di Perpustakaan Harvard yaitu dengan menentukan spesifikasi materi referensi yang kita cari kemudian berkonsultasi dengan pustakawan lalu pustakawan akan memberikan referensi halaman web dokumentasi jurnal. Seluruh jurnal tersebut didapat dari microbiome katalog yang ada pada salah satu jenis layanan perpustakaan. Asal mula jurnal tersebut berawal dari seorang mahasiswa bernama Justin yang sangat mobile dengan internet dan kebingungan mencari referensi kuliah hingga share ke teman-teman melalui sosial media. Kemudian, ada seorang Profesor yang tergugah membuat suatu sumber referensi materi berupa jurnal elektronik, agar mudah di akses oleh semua kalangan.
            Penyebaran referensi secara komprehensif memiliki empat elemen utama, yaitu: koleksi, jaringan global,teknologi dan para ahli. Dengan adanya jurnal elektronik maka dunia dapat mengakses informasi mulai dari sejarah hingga berita terkini.

Referensi
Ari Zuntriana. 2010. Peran Pustakawan Di Era Library 2.0. http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/52-peran-pustakawan-di-era-library-20 , diakses 08 April 2013.
Ireland , Corydon. 2012. Library in Transition. http://news.harvard.edu/gazette/story/2012/10/library-in-transition/ , diakses 12 April 2013.
Sri Ati Suwanto. 2011. Library 2.0. http://www.ilpusundip.blogspot.com/ , diakses 08 April 2013.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar