Library 2.0 (Perpustakaan 2.0) adalah perpustakaan yang berorientasi pada pemakai dan dikendalikan oleh pemakai seutuhnya, yang menganjurkan perubahan yang beralasan dan terus menerus, dengan mengundang partisipasi pemakai dalam mengkreasikan layanan, baik secara fisik maupun maya sesuai dengan keinginan mereka, dan didukung oleh evaluasi layanan secara konsisten. Library 2.0 menerapkan teknologi yang didasarkan pada Web multimedia yang interaktif, kolaboratif, pada layanan perpustakaan dan koleksi yang berdasarkan Web, sehingga dapat menyediakan informasi yang tersedia dimana pun dan kapan pun pengguna membutuhkannya, serta dapat menjalin interaksi erat via online antara pustakawan dan penggunanya. Library 2.0 adalah implementasi Web 2.0 dalam lingkup perpustakaan, tidak hanya terkait teknis dengan TI, tetapi juga aspek lain terutama dalam layanan perpustakaan. Layanan-layanan tersebut antara lain ditandai dengan adanya: Chat Reference, Blog dan wikis, jaringan sosial dalam perpustakaan, seperti Facebook, MySpace, Flikr, RSS Feed, dan lain-lain.
Soundararajan and Somasekharan dalam Anjanappa, et al.
(2009:2) menjelaskan bahwa library 2.0 memiliki 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
1. Berpusat
pada pengguna (user-centered) Pengguna berpartisipasi dalam menciptakan konten pada layanan yang mereka gunakan, misalnya pada web perpustakaan, OPAC, dan sebagainya. Konsumsi dan pembentukan konten bersifat dinamis, sehingga peran pustakawan dan pengguna terkadang saling bertukar dan menjadi kabur.
2. Memeberikan pengalaman multimedia
Koleksi maupun layanan library 2.0 memuat komponen video
maupun audio. Perpaduan antara kedua format tersebut menjadi kekhasan yang
tidak bisa dipisahkan dari library 2.0.
3. Membangun
hubungan sosial
Web perpustakaan juga melibatkan
kehadiran pengguna. Ada dua cara bagi pengguna untuk berinteraksi dengan sesama
pengguna atau dengan pustakawan, yaitu dengan cara sinkronik (misalnya IM –instant
messaging), atau ansinkronik (misalnya dengan wikis).
Mungkin inilah aspek yang paling penting dalam
library 2.0. Perpustakaan merupakan bentuk layanan masyarakat. Seiring dengan
berkembang dan berubahnya masyarakat, perpustakaan mau tidak mau harus berubah
bersama mereka. Selain itu, perpustakaan juga perlu memberi ruang bagi pengguna
untuk “mengubah” perpustakaan. Perpustakaan harus secara kontinyu mengembangkan
layanannya dan mencari cara-cara baru yang memungkinkan masyarakat, bukan hanya
pengguna secara individu, untuk mencari, menemukan, dan memanfaatkan informasi.
Empat
elemen tersebut menjelaskan bahwa library 2.0 merupakan sebuah model sistem
perpustakaan yang sangat terbuka untuk partisipasi pengguna.
Salah satu perpustakaan yang
menerapkan konsep library 2.0 yaitu
Perpustakaan Harvard. Perpustakaan ini
memiliki portal perpustakaan online berbasis web, dengan web tersebut maka
pengguna dapat mengakses beberapa katalog, dapat mencari tahu tentang jam
perpustakaan, sekolah, fasilitas, dsb. Perpustakaan Harvard juga berkerjasama dengan Google dengan memanfaatkan
kekuatan Internet untuk membuat para pengguna dapat menemukan buku yang mereka
minati dengan tepat. Pengguna selanjutnya akan dipandu untuk menemukan buku di
perpustakaan setempat atau membeli buku tersebut dari penerbit atau penjual buku.
Dan, untuk buku-buku dalam domain publik, akan tersedia akses yang lebih luas.
Perpustakaan
Harvard dalam menerapkan layanan library 2.0 juga menggunakan program interface
atau antarmuka untuk mengintegrasikan aplikasi dengan Hollis, katalog online Perpustakaan
Harvard.
Selain itu, Perpustakaan Harvard
juga menggunakan layanan Chat Reference yang
disebut layanan Tell Us yaitu layanan
yang dapat digunakan oleh pengguna untuk dapat melakukan interaksi ataupun
memberikan umpan balik secara online dengan pustakawan.
Contoh
Penerapan Aplikasi Lib. 2.0 Di Perpustakaan Harvard
Langkah pertama untuk mencari
referensi di Perpustakaan Harvard yaitu dengan menentukan spesifikasi materi
referensi yang kita cari kemudian berkonsultasi dengan pustakawan lalu
pustakawan akan memberikan referensi halaman web dokumentasi jurnal. Seluruh
jurnal tersebut didapat dari microbiome katalog yang ada pada salah satu jenis
layanan perpustakaan. Asal mula jurnal tersebut berawal dari seorang mahasiswa
bernama Justin yang sangat mobile dengan
internet dan kebingungan mencari referensi kuliah hingga share ke teman-teman
melalui sosial media. Kemudian, ada seorang Profesor yang tergugah membuat
suatu sumber referensi materi berupa jurnal elektronik, agar mudah di akses
oleh semua kalangan.
Penyebaran referensi secara
komprehensif memiliki empat elemen utama, yaitu: koleksi, jaringan
global,teknologi dan para ahli. Dengan adanya jurnal elektronik maka dunia
dapat mengakses informasi mulai dari sejarah hingga berita terkini.
Referensi
Ari
Zuntriana. 2010. Peran Pustakawan Di Era Library 2.0. http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/52-peran-pustakawan-di-era-library-20
, diakses 08 April 2013.
Ireland
, Corydon. 2012. Library in Transition. http://news.harvard.edu/gazette/story/2012/10/library-in-transition/
, diakses 12 April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar